Jakarta, 11 Desember
2025
Kepada Yth.
Tuhan Yang Maha Esa
di Tempat
Dengan penuh hormat,
Melalui surat ini,
izinkan aku berbicara kepada-Mu dengan cara yang selama ini mungkin jarang
kulakukan: jujur, pelan, dan tanpa terburu-buru. Biasanya aku hanya
mengingat-Mu dalam doa-doa singkat, di sela-sela kesibukan, atau ketika hatiku
sedang gelisah. Namun hari ini, lewat tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, aku
justru diberi kesempatan untuk benar-benar berhenti sejenak dan menulis surat
kepada-Mu. Mungkin tugas ini terlihat sederhana, tetapi bagiku, ini seperti
undangan untuk mengenali lagi hubungan antara aku dan Engkau.
Tuhan,
Pertama-tama aku
ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih karena Engkau masih memberiku
napas hingga hari ini, kesehatan yang cukup untuk beraktivitas, dan kesempatan
untuk belajar, serta bertemu orang-orang yang peduli padaku. Terima kasih untuk
mengaruniai anak sebagai tanda kepercayaan-Mu kepada kami. Terima kasih juga
untuk sahabat-sahabat yang kadang membuatku tertawa, kadang membuatku kesal,
tetapi justru mengajarkanku arti persahabatan dan memaafkan.
Sering kali aku sibuk
mengeluh tentang hal-hal kecil: tugas kuliah yang menumpuk, pekerjaan yang
kadang membuat penat, atau kebrutalan pengendara di Jakarta. Dalam semua itu,
aku sering lupa bahwa di balik setiap keluhan, masih ada begitu banyak hal yang
patut kusyukuri. Mungkin lewat surat ini aku ingin mengakui bahwa aku sering
tidak adil terhadap-Mu, Tuhan. Aku cepat mengeluh saat diuji, tapi lambat bersyukur
ketika diberi kemudahan.
Tuhan yang Maha Penyayang,
Sebagai seorang pekerja
dan pelajar, aku hidup di tengah dunia yang serba cepat. Notifikasi ponsel
tidak pernah berhenti, validasi atasan menjadi prioritas, dan kadang aku merasa
harus selalu terlihat baik di mata orang lain. Di tengah arus informasi yang
luar biasa deras, aku sering merasa kehilangan arah. Aku tahu apa yang
seharusnya kulakukan, tetapi tidak selalu mudah untuk konsisten melakukannya.
Melalui surat ini,
aku ingin memohon satu hal: tolong kuatkan niatku untuk menjadi pribadi yang
lebih baik setiap hari. Tidak perlu langsung sempurna, karena aku tahu itu
mustahil. Tetapi tolong bimbing aku agar hari ini sedikit lebih baik dari
kemarin, dan besok sedikit lebih baik dari hari ini. Bantu aku untuk berani
berkata jujur meski kejujuran itu tidak selalu menguntungkan. Bantu aku untuk
tetap rendah hati meski suatu hari mungkin aku meraih keberhasilan. Dan bantu
aku untuk tetap sabar, terutama ketika yang terjadi tidak sesuai dengan
rencanaku.
Tuhan yang Maha
Pengasih,
Aku juga ingin berdoa
untuk orang-orang di sekelilingku. Untuk Ayah dan Ibu, yang mungkin tidak
selalu sempurna dalam cara mereka menunjukkan kasih sayang. Kadang mereka
marah, kadang mereka lelah, dan kadang mereka tidak mengerti cara berpikirku
yang berbeda dengan generasi mereka. Namun aku tahu, di balik semua itu, ada
cinta dan kekhawatiran yang tulus. Jagalah mereka, Tuhan. Berikan kesehatan,
ketenangan, dan kebahagiaan dalam hidup mereka.
Untuk guru-guruku,
yang setiap hari hadir untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Mereka mungkin juga
lelah dengan masalah mereka sendiri, tetapi tetap berusaha memberi yang terbaik
bagi murid-muridnya. Berkahi niat baik mereka dan jadikan ilmu yang mereka
ajarkan sebagai jalan kebaikan.
Untuk teman-temanku,
yang sedang berjuang dengan masalah masing-masing, yang mungkin tidak semuanya
berani untuk bercerita. Ada yang menghadapi konflik di rumah, ada yang
kesulitan dalam pelajaran, ada yang terluka karena komentar orang lain, dan ada
yang diam-diam merasa sendirian. Tolong rangkul kami semua, Tuhan, agar kami
tidak merasa berjalan sendiri.
Tuhan,
Terakhir, aku ingin
mengucapkan terima kasih sekali lagi. Terima kasih karena Engkau mengizinkan
tugas Bahasa Indonesia ini bukan hanya menjadi pekerjaan kuliah, tetapi juga
menjadi momen untuk bercermin. Mungkin tanpa tugas “menulis surat kepada Tuhan”
ini, aku tidak akan pernah benar-benar duduk tenang dan menuliskan isi hatiku
kepada-Mu sepanjang ini.
Demikian surat ini
kutulis, Tuhan. Meski kata-kataku masih jauh dari sempurna, aku berharap Engkau
tetap berkenan membacanya dengan kasih sayang yang tak terbatas. Terima kasih
karena telah menjadi tempatku kembali, bahkan ketika aku sering lupa untuk datang.
Hormatku,
Seorang hamba-Mu yang
sedang belajar
untuk menjadi manusia
yang lebih baik